Dari permasalahan yang dialami oleh banyak orang di sekitarnya dalam mengenali asal daerah kain atau baju batik yang dimiliki, Michelle Alexandra Dinata mahasiswa Informatika (IMT) Universitas Ciputra Surabaya angkatan 2019 tergerak untuk mengembangkan  sebuah aplikasi untuk membantu orang dalam mengenali asal daerah dari Batik berdasarkan pola atau corak yang terdapat pada kain atau baju.

Karya yang merupakan aplikasi yang dikembangkan pada mata kuliah tugas akhir tersebut, menarik minat media masa untuk mengulas.

Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya Kembangkan Aplikasi untuk Deteksi Asal Batik

Mahasiswa Program Studi Informatika UC ini mengungkapkan selama ini banyak anak muda tidak mengetahui asal usul batik

sumber: Tribun News https://surabaya.tribunnews.com/2023/09/23/mahasiswa-universitas-ciputra-surabaya-kembangkan-aplikasi-untuk-deteksi-asal-batik

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Minimnya pengetahuan masyarakat akan asal usul batik membuat mahasiswa Universitas Ciputra (UC), Michelle Alexandra Dinata (22) memutuskan membuat aplikasi untuk mendeteksi asal batik.

Mempraktekkan aplikasi rancangannya, Michelle mengambil foto berbagai corak batik dengan handphonenya.

Kemudian menekan tombol proses, maka didapatkan hasil presentase tiga daerah yang memiliki pola batik mendekati dari foto tersebut.

Mahasiswa Program Studi Informatika UC ini mengungkapkan selama ini banyak anak muda tidak mengetahui asal usul batik yang merupakan warisan budaya Indonesia. Bahkan dirinya sendiri kerap tidak paham asal batik yang digunakan sehari-hari.

“Saya mencari responden untuk mencari tahu apa benar banyak yang tidak paham asal batik seperti saya. Dan dari 68 responden yang dikumpulkan hampir 50 persen responden kurang paham, hanya 2 persen responden yang paham,”ungkapnya ditemui SURYA.CO.ID, Jumat (22/9/2023).

Gadis yang mengambil peminatan Artificial Intelegent ini mengungkapkan ia kemudian membuat aplikasi dengan memanfaatkan metode deep learning dalam kecerdasan buatan.

Iapun mencari sumber data berupa 9.000 gambar atau foto pattern dari 15 jenis batik dari berbagai daerah. Sumber data itu kemudian ia olah sehingga bisa menghasilkan deteksi dari 15 jenis batik.

“Aplikasi saat ini masih terbatas mendeteksi 15 jenis batik. Padahal di Indonesia ada 5.800 jenis batik, jadi nantinya bisa dikembangkan lagi. Karena aplikasi saya ini masih prototype,”ujarnya.

Untuk menggunakan aplikasi ini, cukup memanfaatkan gambar yang diambil dari kamera ataupun galeri handphone, kemudian dimasukkan dalam sistem pendeteksi dalam aplikasi.

Hasilnya akan didapatkan tiga kemungkinan daerah asal batik dari hasil deteksi corak batik.

Evan Tanuwijaya SKom MKom, Dosen Informatika UC menjelaskan aplikasi ini memanfaatkan teknologi Tense Flow digunakan untuk membuat kecerdasan buatan dalam aplikasi ini. Sehingga dengan memanfaatkan gambar bisa memprediksi hasilnya seperti apa.

“Aplikasi ini masih sangat berpotensi dikembangkan lagi, karena AI dengan deep learning membutuhkan banyak data dari yang sederhana hingga rumit untuk memaksimalkan hasilnya,”pungkasnya.

Michelle Alexandra menunjukkan karyanya berupa aplikasi AI dengan machine learning yang dapat mengenali daerah asal kain batik.