Pada tanggal 18 Oktober 2015 telah berlangsung sebuah acara yang diselenggarakan Google Developer Groups (GDG) Game DevFest 2015 di Universitas Ciputra Surabaya. Acara ini terselenggara berkat kerjasama GDG Surabaya dengan Teknik Informatika Universitas Ciputra. Acara yang diselenggarakan di Auditorium Universitas Ciputra yang terletak di lantai 7 kampus UC di UC Town, Citraland Surabaya.

Ratusan Peserta GDG Game DevFest 2015 dari Surabaya dan Sekitarnya

Acara ini diikuti sekitar 350 peserta seminar dan 50 orang peserta workshop yang dilaksanakan secara paralel di ruang kelas di lantai 3 kampus yang sama. Seluruh peserta nampak antusias mengikuti berbagai sesi yang berlangsung dari pk 10:00 hingga pk 17:00 ini. Acara yang dikemas dengan model talkshow yang berjalan dengan santai ini mengupas berbagai peluang, tantangan, serta tips dan trik untuk berhasil di industri game yang penuh dengan tantangan.

Stephanus Eko Wahyudi - Google Developer Groups Game DevFest 2015

Stephanus Eko Wahyudi, Head of Information & Multimedia Technology Universitas Ciputra

Acara diawali dengan kata sambutan oleh ketua program Information & Multimedia Technology (IMT) program studi Teknik Informatika Universitas Ciputra, Stephanus Eko Wahyudi. Dalam sambutannya, Eko menyampaikan ungkapan gembira terhadap penyelenggaraan acara-acara yang mendorong berkembangnya industri game di tanah air. Acara yang bisa menjadi jembatan antara dunia industri dengan dengan dunia akademis ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi bisnis bagi para mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

Indra Maryati - GDG Surabaya

Indra Maryati – GDG Surabaya

Sesi berikutnya adalah sambutan dari Indra Maryati sebagai salah satu pengurus inti dari Google Developer Groups Surabaya, yang juga didapuk menjadi moderator. Maryati mengatakan, sudah saatnya developer game di Indonesia menunjukkan kemampuannya dan berupaya untuk menjadikan indonesia tidak sekedar sebagai penikmat dunia game, tapi juga menjadi pencipta berbagai game yang bisa dinikmati oleh baik penikmat game di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Sesi Utama GDG Game DevFest 2015

Panel Session - Robi Baskoro dan Guntur Sarwohadi

Robi Baskoro dan Guntur Sarwohadi

Berlanjut kemudian dengan sesi talkshow yang menghadirkan Guntur Sarwohadi dan Robi Baskoro. Guntur Sarwohadi merupakan founder dan CEO beberapa perusahaan game yang telah menelurkan berbagai game sukses. Saat ini Guntur merupakan co-founder sekaligus CEO dan coder di Magphi Games. Adapun Robi Baskoro juga merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran luar biasa di perkembangan dunia game di tanah air, dimana saat ini Robbi merupakan CEO duniaku.net, sebuah media online yang fokus dalam menyampaikan perkembangan dunia game. Pada sesi ini banyak didiskusikan tipe-tipe game apa yang sekiranya akan menjadi trend ke depannya, dan game jenis apa yang akan mendapatkan hati gamers di Indonesia. Robi mengatakan bahwa kemampuan untuk punya nilai inovasi dan ikatan emosional yang kuat dengan cara menampilkan budaya maupun konten lokal akan sangat menarik minat gamers Indonesia. Kecenderungan pemanfaat teknologi IT di Indonesia yang memperoleh segala kebutuhan mereka dengan gratis perlu dicermati dan dicarikan solusi monetisasi yang tepat.

Arief Widhiyasa - Agate Studio

Arief Widhiyasa – Agate Studio

Sesi berikutnya merupakan sesi yang nampaknya paling menyedot perhatian para peserta seminar. Pada sesi ini Arief Widhiyasa yang merupakan CEO sekaligus salah satu dari 18 founder Agate Studio membagikan pengalamannya dalam mendirikan sebuah studio game serta memberikan berbagai peluang dan strategi dalam monetisasi game yang dapat ditempuh.

Agate Studio yang merupakan salah satu video game studio paling sukses di Indonesia saat ini dimulai dari passion beberapa orang anak muda dalam dunia game. Anak muda yang memiliki visi dan passion yang sama ini menemukan tempat untuk menikmati masa muda, di mana pekerjaan mereka geluti dengan cara yang fun. Fasilitas ruang kerja yang nyaman, dimana para staf begitu kerasan sehingga banyak yang melanggar jam kerja yang ditetapkan 15 jam sehari. Bukan melanggar karena pulang lebih pagi, namun justru kalau tidak dibuat aturan untuk mematikan semua perangkat komputer pada jam 2 pagi, nampaknya akan banyak dari antara mereka yang tidak tidur untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Studio Game ini benar-benar menerapkan moto mereka “Live the Fun Way”, dan terbukti strategi yang mereka terapkan ini tetap, sehingga saat ini telah memiliki cabang di beberapa kota, dengan jumlah karyawan tidak kurang dari 70 orang.

Setelah memaparkan bagaimana membangun Agate Studio dari kecil hingga menjadi salah satu game studio terbesar di Indonesia ini, Arief menyampaikan pula beberapa peluang untuk monetasi yang dapat dimanfaatkan. Berbagai jenis monetasi popular seperti Ads Based, Freemium, maupun Premium dikupas abis di sesi ini. Penentuan jenis game yang paling cocok digembangkan oleh game developer Indonesia beserta jenis monetasi yang pas juga dibahas secara gamblang.

Selain itu Arif juga mengungkapkan pentingnya Teamwork sebagai salah satu kunci sukses dari pengembangan sebuah game studio. Kolaborasi yang cantik dari programmer, designer, artis, dan composer merupakan faktor yang sangat penting dalam mengoptimalkan berbagai tahapan dalam sebuah workflow game development yang terdiri dari beberapa tahapan: Creation, Planning, Development, serta Publish.

Foto bersama: Stephanus Eko Wahyudi, Indra Maryati, Erica Hansen, Yansen Kamto, dan David Boy Tonara

Foto bersama: Stephanus Eko Wahyudi, Indra Maryati, Erica Hansen, Yansen Kamto, dan David Boy Tonara

Sesi pemaparan Arif merupakan akhir dari bagian pertama GDG Game DevFest 2015 ini, dimana peserta diberi kesempatan untuk ISHOMA. Peluang ini tidak disiasiakan oleh sebagian peserta untuk menggali lebih jauh berbagai masukan dari para narasumber yang sudah hadir, baik yang sudah memaparkan gagasannya maupun belum mendapatkan kesempatan untuk tampil. Kehadiran Yansen Kamto yang merupakan Chief Executive dari Kibar yang sekaligus merupakan founder dari Start Surabaya, Tedo Salim dari Alkemis Games yang merupakan studio game pertama dari Surabaya yang mendapatkan seed funding dari East Ventures, Rudy Sudarto – CEO ArtLogic Games, Ami Raditya – Duniaku.net, tidak disiasiakan oleh peserta GDG 2015 maupun sesama pembicara untuk membangun networking.

Sofian Hadiwijaya - Crazy Hackerz

Sofian Hadiwijaya – Crazy Hackerz

Setelah makan siang, sesi dipanaskan kembali oleh pemaparan dari Sofian Hadiwijaya dari Crazy Hackerz yang memaparkan kemajuan dunia Virtual Reality, dengan menampilkan Google Cardboard dan peragaan Myo Armband. Sofian yang sebelumnya juga merupakan akademisi berprestasi ini menampilkan kecanggihan perangkat untuk berbagai kebutuhan interaksi manusia komputer.

Ibnu Sina Wardy, Andi Martin, dan Eka Pramuditha Muharam

Ibnu Sina Wardy, Andi Martin, dan Eka Pramuditha Muharam

Acara kemudian semakin panas dengan kehadiran 3 pembicara sekaligus: Ibnu Sina Wardy, Andi Martin, dan Eka Pramuditha Muharam. Ibnu yang merupakan CEO GITS ini merupakan merupakan salah seorang  Google Developer Expert Android dari sejumlah 3 orang di Indonesia, dan merupakan bagian dari 112 orang yang ada di dunia. Andi Martin merupakan co-founder dari Main Studios yang juga berperan sebagai creative director di perusahaan yang sama. Main Studios merupakan salah satu studio animasi yang kemudian juga merambah dunia game. Salah satu hasil karyanya adalah si Hebring, sebuah tokoh superhero Indonesia yang berhasil memenangkan berbagai penghargaan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Adapun Eka merupakan salah seorang co-founder dari Mojiken Studio, yang popularitasnya begitu meroket dalam setahun terakhir, salah satunya melalui kolaborasi  dengan Toge Productions, Amagine Interactive dalam membuat sebuah game puzzle berjudul Shape It Up yang dipublish oleh Armor Games. Game ini berhasil menduduki posisi teratas di kategori puzzle game di US Play Store. Mereka bertiga memaparkan pentingnya kolaborasi dengan nuansa serius tapi santai. Dengan obrolan kocak mereka sepakat pentingnya sebuah kolaborasi dengan studio lain maupun sebagai co-founder dalam mengembangkan sebuah start-up. Kolaborasi tersebut mereka gambarnya seperti layaknya pasangan yang berpacaran, mulai dari pendekatan hingga tahapan “eksekusi”.

Usai sesi ini, para peserta diberikan kesempatan untuk menikmati snack yang telah disiapkan panitia. Nampaknya pada acara yang dapat diikuti secara gratis ini, peserta tidak saja dimanjakan dengan serangkaian sesi dengan pembicara yang luar biasa, namun juga dengan makan siang dan snack gratis yang disediakan oleh Google.

Erica Hanson, Developer Relations Program Manager untuk Southeast Asia

Erica Hanson, Developer Relations Program Manager untuk Southeast Asia

Setelah puas menikmati snack dan melepaskan penat selama 15 menit, tampil Erica Hanson, Developer Relations Program Manager untuk Southeast Asia. Erica memaparkan berbagai kegiatan dari Google terkait dengan developer program. Salah satunya adalah support ke Google Developer Groups untuk pengembangan berbagai aplikasi pada platform Google.

Peserta Android Academy mendapatkan sertifikat

Peserta Android Academy mendapatkan sertifikat

Sesi selanjutnya adalah sesi Indonesia Android Academy, terkait dengan kursus belajar Android dari level beginner yang telah diselenggarakan beberapa waktu lalu. Program yang dikonsep blended learning pertemuan in-person dan dilengkapi dengan online modul, dimana dalam proses belajar, para peserta didukung oleh fasilitator. Program yang diselenggarakan di 5 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, dan Surabaya ini telah berhasil menelurkan pengembang-pengembang aplikasi Android ringkat pemula. Acara GDG Game DevFest 2015 ini sekaligus sebagai acara Graduation (Wisuda) dari acara tersebut.

Ibnu Sina Wardy - Google Developer Expert Android

Ibnu Sina Wardy – Google Developer Expert Android

Ibnu Sina Wardy tampil kembali pada sesi berikutnya, dimana Ibnu memaparkan Project Tango, salah satu projek dari Google untuk pemanfaatan perangkat Android yang memiliki kemampuan Motion Tracking, Depth Perception, dan Area Learning. Penerapannya dalam berbagai bidang dibahas dengan jelas, termasuk pemanfaatannya di masa depan.

Sesi Workshop Firebase

Sesi Workshop Firebase

Di sesi terakhir hadir Andri Yadi, CEO dari DyCode, sebuah perusahaan yang bergerak di pengembangan mobile apps dan juga dalam edukasi berupa training. Setelah pagi harinya Andri memberikan workshop Firebase, tidak ketinggalan di sesi seminar beliau menunjukkan kehebatan Firebase.

Andri Yadi, CEO dari DyCode

Andri Yadi, CEO dari DyCode

Andri menunjukkan kecanggihan Firebase, sebuah platform pengembangan aplikasi Android yang dikembangkan Google. Dengan Firebase yang memiliki fitur unggulan Firebase Realtime Database, Authentication, Hosting, dan berbagai fitur lainnya, pengembang aplikasi Android bisa mewujudkan berbagai aplikasi yang sebelumnya mungkin sulit untuk diwujudkan. Pada sesi ini Andri mendemonstrasikan kehebatan Firebase dalam mendukung perwujudan smart home, dimana dengan kode pemrograman yang singkat, dapat dikembangkan sebuah aplikasi untuk mengontrol nyala atau padamnya lampu di sebuah rumah melalui perangkat Android.

GDG Game DevFest 2015 Usai Sudah

Dengan berakhirnya sesi dari Andri, berakhir pula rangkaian seminar GDG Game DevFest 2015 ini. Namun acara yang sedemikian meriahnya oleh Ivan Hartanto dan Betari Aisah yang keduanya mahasiswa Universitas Ciputra ini tidak lengkap sebelum pelaksanaan pembagian hadiah untuk beberapa pemenang foto yang diupload melalui media sosial. Tidak lengkap pula apabila acara ini tidak ditutup dengan acara selfie bersama.

Sampai ketemu di acara lain yang diselenggarakan Google Developer Groups maupun Program Studi Teknik Informatika Universitas Ciputra berikutnya. Share and Like FP Page https://www.facebook.com/informatikaUC untuk informasi selanjutnya!

 

GDG DevFest 2015 Logo

written by: Stephanus Eko Wahyudi
Photos: David Boy Tonara dan Yuwono Marta Dinata